Aku ingat kali pertama mata kita tak sengaja bertatap. Lalu aku seketika terperanjat, menyadari di sudut sana kau sedang menatapku dengan lekat. Lantas ku alihkan pandanganku pada pohon yang sedang berbunga itu. Namun tetap saja, pikiranku masih berpusat padamu. "Mungkinkah?" Ah ku tengadahkan wajahku ke langit dan ku tutup mataku agar tak tersilaukan oleh terpaan sinar mentari pagi ini. Dan tentu saja, ini ku lakukan untuk menghindari pertemuan mata yg merisaukan untuk kedua kalinya. Tp tetap saja, selang berapa lama, pandangan mataku mengedar ke penjuru arah. Mencari2 sesuatu yg baru saja aku lewatkan. 😂
Dari Satu Kata
Senin, 14 Desember 2020
Bolehkah ku mengenang?
Bolehkan aku mengenangmu barang sebentar saja? Bukannya, aku tak sanggup melupakan segalanya. Kau sudah tiada baik dalam rasa dan jiwa. Namun, otakku seperti dipaksa untuk kembali ke awal semula, ke tempat dimana segalanya bermula. Bagaimana tidak? Setiap sudut tempat ini dengan kerasnya menyuguhkanku cerita lama. Ku lihat disana, kau sedang menyanyikan lagu dengan tatap matamu yang tak lepas dariku. Senyummu disana menyapaku dan meyakinkanku bahwa kau adalah milikku. Kau berjalan menujuku dengan tawa sederhanamu. Aku benar2 tidak bisa mengelak. Segalanya berhasil membuatku lupa bahwa kata "kita" sudah tidak lagi ada.
"Ini mbak Orange Tea dan bakarannya" ucapan yg ku rasa menjadi penolongku malam ini. Jika tidak, bisa saja aku tenggelam dalam kenangan yang kian menyesakkan.Rencana Tuhan
Tuhan, aku tidak pernah lelah mengagumi keindahan ciptaanMu. Layaknya aku yang terus menerus mengaguminya. Salah satu manusia Ciptaan Mu yang tak sengaja ku temui di serambi Masjid Agung Kota seusai sholat Ashar. Seorang laki2 yang mengenakan kaos hitam dan hem kotak2 yang dibiarkan terbuka. Ia mengkombinasikan bajunya dengan celana jeans dark blue dan sepatu bertali yang aku tidak tahu mereknya apa. Sisa air wudhu di ujung rambutnya menetes ke lantai masjid saat ia sedang sibuk mengikat tali sepatunya.
"Astagfirullah" dengan cepat ku alihkan pandanganku. Ajakan temanku untuk menuju taman kota juga ikut membantuku kembali ke alam sadar.Selang dua minggu, aku dipertemukan dengan seorang laki2 yang mungkin jika sama2 cocok akan menjadi imamku. Laki2 itu adalah alumni pondok pesantren. Aku memang mengidamkan suami yang taat ibadah tp apakah harus alumni pondok pesantren? Bagaimana jika dia adalah orang yang kaku. Tidak mentolerir kesalahan sekecil apapun. Karena setauku, pondok itu seperti penjara. Temanku juga sering menyebutnya penjara suci. Sedangkan aku? Aku sama sekali tidak pernah tau kehidupan pondok itu seperti apa. Aku sudah terbiasa hidup bebas tanpa ada kekangan dari siapapun. Keluargaku selalu membebaskan aku untuk memilih, asal tidak keluar dari tuntunan agama. Perjodohan inipun bukan paksaan mereka tp aku yang memilih.
Laki2 itu sudah tiba di rumahku. Aku menyuguhkan minuman ke ruang tamu. Aku diminta ayah untuk ikut duduk dan mengobrol. Aku melirik laki2 itu. Wajah yang tidak asing. Aku mencoba mengingat2 siapa laki2 itu.. benar. Dia adalah laki2 yang aku temui 2 minggu yang lalu. Kali ini dia tampak berbeda. Dia benar2 terlihat seperti santri pondok. Berbaju lengan panjang dan memakai celana kain warna hitam. Meski dia tampak berbeda, tapi entah mengapa perasaanku padanya tetap sama 😊
Bukankah skenario Tuhan itu luar biasa
Bisa Jadi
Bisa jadi hati yang kamu patahkan itu adalah hati yang sudah mati2an berjuang untuk kembali utuh, atau bisa jadi hati itu sudah berkali-kali dipatahkan. Dan malangnya, ketika ia terlanjur percaya bahwa kamu bisa menyembuhkan dan percaya bahwa kamu tidak akan tega untuk mematahkan, justru nyatanya kamu tak hanya mematahkan tapi juga memporak-porandakan.
Penipu yang buruk
Kamu mudah ditipu orang lain, sedangkan tak cukup mempan untuk ditipu diri sendiri
Mungkin memang karena kamu adalah penipu yang buruk
Dan aku rasa, itu benar-benar hal baikMinggu, 28 Januari 2018
Kamu adalah Bahagiaku
terima kasih telah singgah di sini
di hatiku yang sudah lama menanti datangnya pengisi
bukan pengisi yang singgah hanya sesaat
tapi selamanya hingga akhir hayat
terima kasih sudah mengubah dinding hatiku yang kelabu
menjadi merona merah jambu
menebar benih rindu
yang tumbuh dan mekar hanya untukmu
aku tak membenci rindu
aku hanya benci jauh darimu
aku tak curiga kepadamu
aku takut kehilanganmu
tinggal lah disini
di hatiku sebagai pemilik dan pengisi
merawat dan menjagaku
sampai waktu tak mampu mengganggu